ISBN, Penerbit Indie, dan Regulasi Kemendikbud: Dilema Publikasi Akademik di Indonesia
Dunia penerbitan Indonesia dihadapkan pada tantangan besar, dengan peringatan dari The International ISBN Agency tentang penyalahgunaan ISBN.
Lonjakan penggunaan ISBN dalam 5 tahun terakhir di Indonesia tidak selaras dengan identitas buku yang sebenarnya diterbitkan.
Terkait dengan masalah ini, banyak naskah yang sudah diajukan ISBN-nya akhirnya tidak diterbitkan karena alasan tertentu.
Ini menciptakan keterlambatan dalam pemberian ISBN dan pembatasan akses oleh penerbit untuk mendapatkan ISBN baru.
Penyebab lain termasuk penggunaan blok ISBN yang tidak efisien, pelanggaran penggunaan ISBN dan oplah cetak yang minim.
Hal ini mengkhawatirkan, terutama karena jatah blok ISBN dunia hanya 1 juta nomor dan Indonesia telah menggunakan sebagian besar dari jumlah itu dalam 5 tahun terakhir.
Perlu dicari tahu berapa lama jatah 1 juta ISBN itu berlaku.
Perbandingan penggunaan ISBN dengan negara-negara lain menunjukkan bahwa Indonesia memiliki kebutuhan ISBN yang besar.
Penerbit indie/vanity
Menjadi alternatif bagi dosen yang ingin memenuhi kewajiban publikasi, tetapi juga menimbulkan pertanyaan tentang kualitas dan kesesuaian buku dengan ISBN yang diberikan.
Perubahan dalam pengajuan ISBN, seperti menyerahkan draf lengkap dalam format PDF, dapat memastikan bahwa buku yang diajukan sudah siap untuk dipublikasikan.
Oplah cetak minimalis juga terjadi pada buku akademik, terutama yang diterbitkan oleh penerbit indie/vanity.
Sulitnya mendapatkan ISBN dapat mengganggu penilaian karya dosen dan peneliti melalui sistem SINTA. Kerjasama antara penerbit indie/vanity, Ikatan Dosen, dan Kemendikbud diperlukan untuk mengatasi masalah ISBN ini.
Perlunya kebijakan afirmatif untuk menyamakan disparitas akses publikasi ilmiah di Indonesia dan memastikan semangat akademis tetap hidup.
Kesulitan dalam mendapatkan ISBN dan keterbatasan oplah cetak buku akademik tidak hanya menjadi masalah di tingkat nasional.
Di tingkat internasional, tren pemangkasan produksi buku akademik juga semakin terasa. Buku akademik yang diterbitkan oleh penerbit terkemuka seperti Oxford University Press (OUP) sekarang hanya dicetak dalam jumlah terbatas, bahkan jika pasar potensialnya global.
Buku-buku ini biasanya harus ditulis oleh dosen dengan reputasi dan keahlian yang sudah terbukti, yang jumlahnya sangat terbatas di Indonesia.
Dalam konteks ini, penerbit indie/vanity telah menjadi penyelamat bagi banyak dosen yang perlu memenuhi persyaratan publikasi sebagai bagian dari kenaikan pangkat atau jabatan fungsional. Sejak beberapa tahun lalu, jumlah penerbit indie/vanity di Indonesia telah tumbuh pesat, menawarkan berbagai layanan penerbitan dengan biaya yang terjangkau.
Bahkan ada yang menawarkan biaya sekitar Rp 350ribu untuk seluruh proses penerbitan, dengan biaya tambahan untuk oplah cetak.
Namun, kehadiran penerbit indie/vanity juga menimbulkan pertanyaan tentang kualitas dan relevansi buku-buku yang diterbitkan.
Terlalu Banyaknya Penerbit
Buku-buku yang diproduksi dalam jumlah besar telah menciptakan persoalan terkait dengan pemenuhan ISBN, perubahan judul buku yang diajukan, serta kurangnya penyebaran buku di masyarakat.
Ketika dosen-dosen berburu penerbit indie/vanity untuk memenuhi persyaratan publikasi, hal ini memunculkan masalah administratif yang serius.
Terlepas dari persoalan ISBN, kualitas dan kontribusi nyata buku-buku ini dalam meningkatkan pengetahuan dan ilmu pengetahuan menjadi pertanyaan yang lebih besar. Untuk mengatasi dilema ini, diperlukan langkah-langkah konkret.
Perpusnas, Kemendikbud, penerbit indie/vanity, dan dosen-dosen perlu bekerja sama untuk merumuskan solusi yang tepat.
Salah satu langkah yang dapat diambil adalah mengubah pola pengajuan ISBN. Sebagai gantinya, penulis harus menyerahkan draf lengkap buku dalam format PDF sebagai syarat untuk mengajukan ISBN.
Dengan demikian, Perpusnas dapat memastikan bahwa buku yang diajukan benar-benar siap untuk dipublikasikan, dan penulis serta penerbit memiliki komitmen yang lebih kuat dalam menerbitkan buku tersebut.
Dengan langkah-langkah seperti ini, kita dapat mengatasi dilema buku akademik di Indonesia dan memastikan bahwa publikasi ilmiah tetap menjadi pendorong utama kemajuan ilmu pengetahuan di negara ini.
Kesimpulan
Dilema ISBN, penerbit indie, dan regulasi Kemendikbud merupakan tantangan serius dalam dunia publikasi akademik di Indonesia.
Meskipun penerbit indie/vanity telah menjadi alternatif yang diperlukan bagi banyak dosen, masalah ISBN dan kualitas buku tetap menjadi isu yang memerlukan perhatian serius.
Langkah-langkah perbaikan, seperti perubahan dalam pengajuan ISBN dan kolaborasi antara pemangku kepentingan, perlu diambil untuk mengatasi dilema ini.
Penting bagi Indonesia untuk mengembangkan sistem publikasi akademik yang efisien, berkualitas, dan inklusif, sehingga semangat akademis tetap berkobar.
Setelah membaca artikel ini, silahkan Anda untuk :
- Bagikan artikel ini kepada teman-teman lainnya agar kita bersama-sama bisa saling belajar.
- Klik tombol bagikan yang ada dibawah.
- Silahkan diskusikan komentar Anda di kolom pendapat
Temukan Cara Menulis Buku? Dapatkan Panduannya
Punya naskah yang ingin di cetak?
Tentang Ciptakarya Paramacitra
Perkenalkan kami adalah Penerbit Berkualitas salah satu divisi usaha dari Ciptakarya Paramacitra yang merupakan anggota IKAPI resmi Jawa Barat dengan Nomor Keanggotaan 377/JBA/2020.
Sebuah BRAND khusus untuk memenuhi kebutuhan tenaga PENGAJAR baik itu Guru, Dosen, Motivator, Trainer, Coach atau tenaga pengajar lainnya.
Maka dari itu kami siap melayani, mengabdi dan membantu menerbitkan buku Anda sampai TERBIT.
Semoga Allah menjodohkan kita untuk dapat ngobrol banyak, belajar bareng bahkan bisa bersinergi dan berkolaborasi bersama. Aamiin
0 comments